Tuesday, 21 January 2014

Jeritan Rakyat


Korupsi marak terjadi
layaknya makan supermi
Sekali coba, mau tambah lagi
Hilang semua budi pekerti
Tikus-tikus berdasi berani unjuk gigi

Negara macam apa ini
Korupsi menjadi hobi
Yang kaya mengangkat kaki
Si miskin di ludahi

Dimana keadilan bersembunyi
Koruptor dilindungi
Rakyat jelata dijeruji besi
Miris sekali kesejahteraan di bumi ini

Katanya negara hukum
Nyatanya korupsi tak juga terbenahi
Wahai para pemimpin rakyat

Disini kami menjerit dan menguras keringat

Muda



Semangat berkobar berapi-api
Mengukir mimpi-mimpi, bebas berekspresi
Berlomba-lomba menyandang prestasi
Kelak suatu hari nanti
jiwa-jiwa tua kan pergi

Para pemuda-pemudi menjadi pengganti

Berkelana kesana-kemari
Menguak tabir tersembunyi
Mencari arti diri
Terus melangkah mengikuti jalan
Menyelami makna kehidupan
Mencoba mengerti garisan Tuhan

Bilamana hati gundah gulana
Keraguan datang menerpa
Berbisik menggoyahkan dada
Pantang menyerah kan jadi juara

Yang lemah bersiap tuk mengubur asa

Rindu


Jarak memisahkan
Ku di bumi kau di awan
Acap kali ku mencoba hilang ingatan
Fatamorgana dan angan-angan
Merasuki jiwa kala kesepian

Membisu di keheningan malam
Jauh menerawang angkasa hitam
Sekejap kau datang
Lalu pergi kembali menghilang

Ingin kuputar waktu
Mengulang kembali saat kita bersatu
Mengalunkan melodi indah bersama
Merajut asa mengejar cita-cita
Bersenda gurau riang gembira

Kini ku bertahan
Hidup dibayang-bayang kerinduan
Bertumpu diatas ketidakpastian
Mengubur sejuta kenangan
Membohongi perasaan
Dengan senyum kepalsuan

Monday, 20 January 2014

Asal-usul Sendok

Assalamu’alaikum wr.wb


Hallo sobat blogger!! Kali ini gue mau berbagi tentang asal mula sendok. Yap, s-e-n-d-o-k. haha. Mungkin agak sedikit kurang kerjaan yaaah? Sendok udah ada, tinggal pake, masiiiih aja dicari asal-muasalnya. Yaaa tapi inilah gue.  Entah kenapa, pas lagi makan gue kepikiran aja gitu siapa yang nemuin sendok, gimana evolusi sendok, kok namanya sendok, dan segudang pertanyaan lainnya.  Alhasil, gue searching dan dapet deh jawabannya walaupun gue masih kurang puas. Bagi kamu-kamu yang penasaran tentang  sejarah sendok, yuk ah dibaca uraian berikut.

Kita mulai dari definisi sendok dulu yaaa. Sendok adalah alat makan yang memiliki cekungan berbentuk oval atau bulat lonjong di satu ujung dan gagang di ujung lainnya. Sendok  umumnya di pegang di tangan kanan untuk mengambil makanan dari piring atau mangkuk dan menyuapkannya ke mulut.

                Di dalam Bahasa Yunani dan Bahasa Latin sendok disebut dengan "Cochlea" yang berarti "Kulit Kerang berbentuk Spiral". Sedangkan masyarakat Anglo-Saxon, mereka menyebut sendok dengan istilah "Spon" yang berarti "Serpihan atau Potongan kayu". Istilah Spon inilah yang kemudian dikenal oleh bangsa Eropa dan bangsa-bangsa lainnya yang dalam bahasa Inggris disebut dengan "Spoon".

Pada perkembangannya, sendok telah dipakai sejak zaman Palaeolithikum. Namun, bentuknya dan bahan yang digunakan tidak seperti sendok yang ada sekarang. Pada masa tersebut sendok terbuat dari bahan kulit kerang, kulit kayu, dan dedaunan serta berfungsi untuk menciduk air atau makanan yang berkuah.

Semakin berkembangnya zaman, bahan pembuat sendok pun makin beragam. Sendok dapat dibuat dari  bahan Tulang, Tanduk, Keramik, Porselen, dan Kristal.  Setelah ditemukan  bahan logam, maka bahan pembuatan sendok-pun bergeser menjadi terbuat dari logam seperti Besi, campuran timah dan gading, Perak bahkan dari Emas.
Bangsa pertama yang menjadi pelopor dan pencipta sendok dengan desain yang kita kenal sekarang adalah Bangsa Romawi (kurang lebih pada abad pertama Masehi). Ada dua jenis sendok yang mereka buat yaitu, "Ligula" dengan ujung yang bulat seperti mangkuk dengan pegangan beraneka bentuk. Ligula ini biasa mereka gunakan untuk makan makanan seperti sup atau makanan berkuah. Satu lagi adalah yang disebut "Cochleare", bentuknya kecil dengan ujung bulat dengan pegangan yang ramping. Cochleare biasa mereka gunakan untuk makan kerang dan telur.

Saat ini sendok dapat terbuat dari berbagai material. Yang paling umum adalah logam, Ada juga sendok yang terbuat dari plastik, umumnya dirancang agar dapat digunakan sekali dan kemudian dibuang. Bahkan kemudian sendok ini berkembang sesuai dengan fungsinya hingga banyak sekali berbagai macam sendok yang diproduksi sesuai dengan fungsinya tersebut.
Beberapa macam sendok yang kita kenal :
  • ·         Sendok makan
  • ·         Sendok sayur
  • ·         Sendok es krim
  • ·         Sendok tart
  • ·         Sendok teh
  • ·         Sendok kopi
  • ·         Sendok nasi



Pelajaran dari Ibu

Lia, begitu dia sering disapa. Seorang anak manja yang duduk dibangku kelas IX. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Ina yang usianya terpaut jauh darinya.
“Kaaak… baju Lia yang warna merah manaa…?” teriakan Melia menggema. Kak Ina segera datang. “Yang warna merah kan dicuci, dek.”
“Lho, kok  dicuci? Lia mau pakai baju itu ke pesta ultah Dita nanti sore!” kata Lia dengan nada kesal.
“Kan, kemarin kamu yang yang menyuruh ibu mencucinya!”
Lia diam, lalu buru-buru mengganti bajunya dengan gaun ungu. Dia baru ingat, kemarin dia memang menyuruh ibu mencuci baju warna merahnya.
Lia keluar kamar meninggalkan kekacauan yang dibuatnya. “Tolong, nanti bereskan lagi ya, kak!” pintanya santai. Kak Ina mendesah sambil geleng kepala melihat baju-baju yang berserakan dimana-mana.
                Lia sebenarnya cantik dan cerdas. Dia juga termasuk murid berprestasi di sekolah. Sayangnya, di rumah dia suka seenak sendiri. Kamarnya selalu berantakan dan dia punya kebiasaan gonta-ganti baju sesukanya.
                Berkali-kali, ibunya selalu menegur anak bungsunya itu. “Lia, bereskan sendiri dong, kamarnya!” begitu selalu pinta ibunya.
                Namun, percuma. Kata- kata ibunya itu cuma masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Lia selalu mengulangi kebiasaan buruknya itu.
                Saat Lia sedang membaca novel di ruang tengah, ibunya keluar dari kamar. Badan ibunya terbalut sweater tebal.
                “Ibu sudah bangun? Kata kak Ina, Ibu lagi nggak enak badan?” tanya Lia penuh perhatian.
                Ibunya mengangguk pelan. “Tadi Ibu mendengar kamu ribut sama Kak Ina. Urusan baju lagi?” tanya ibunya pelan.
                Lia  cuma nyengir, lalu buru-buru pamitan. “Bu, Lia pergi dulu ya, nanti Ayu ngambek,” ucap Lia sambil mencium tangan ibunya.
                “Hati-hati, ya! Salam buat mamanya Ayu,” pesan ibunya. Rumah Lia dan Ayu tidak terlalu jauh. Mereka akan berangkat ke acara ultah Dita bersama.

****
                Sepulang sekolah, wajah Lia berseri-seri. Maklum, tadi pas istirahat akhirnya dia bisa ngobrol dengan Rito, lelaki yang telah lama ditaksirnya.
                Seperti biasa, setiap pulang sekolah, Lia berteriak memanggil ibu. “Buuu! Buuuu!” teriaknya. “Duh, kemana sih, ibu? Ah, pasti lagi keasyikan memasak sambil mendengarkan radio dangdut!” ucap Lia sambil melangkah ke dapur.
    “Buuu… Buuu!” teriak Lia lagi setelah dia tidak menemukan ibu di dapur.
Ibunya keluar dari kamar dengan wajah lesu.
“Lho, ibu kok sepertinya lemas sekali?” tanya Melia sambil mencium tangan dan pipi ibunya.
“Kepala Ibu masih pusing,” sahut ibunya, lalu merebahkan badannya di sofa ruang tengah.
Setelah meneguk segelas air, Lia beranjak ke kamar.
“Ya ampun! Kak Ina ngapain aja sih seharian ini? Kok, kamar dan lemariku masih berantakan begini!” teriak Lia begitu membuka pintu kamarnya.
Ibunya meringis mendengar teriakan anak tersayangnya itu.
Lia keluar kamar dengan wajah cemberut. Kepalanya pusing melihat kamar dan lemarinya berantakan. Tadi pagi, dia memang membongkar seisi kamar karena mencari buku perpustakaan yang terselip. Dan sebelum berangkat, Lia sudah berpesan kepada Kak Ina untuk membereskan kamarnya. Eh… pulang sekolah ternyata keadaannya masih sama, berantakan!
“Tadi siang, Kak Ina minta izin ke rumah Tante Susan di Bandung untuk berlibur. Ya sudah, ibu menyuruhnya buru-buru pergi supaya tidak kemalaman. Ia tidak sempat membereskan rumah,” jelas ibunya sambil memijit-mijit pelipisnya sendiri.
“Jadi, Lia mesti membereskan kamar sendiri, Bu? Lia capek sekali!” keluhnya.
“Kak Ina juga tidak sempat mencuci baju,” ucap ibunya.
“Haa…? Berarti seragam Lia juga belum dicuci? Terus, besok-besok Lia ke sekolah pakai apa, Bu?” tanya Lia nyaris menangis.
Lia membayangkan, membereskan kamar saja sudah bikin capek, ditambah lagi mencuci dan membereskan rumah. Padahal, nanti sore dia juga akan main ke rumah Ayu. Wah, bisa-bisa batal rencananya!
“Kamu cuci sendiri ya, sayang. Ibu masih lemas, nggak kuat. Tapi, jangan pakai mesin cuci, karena nanti seragammu rusak,” sahut ibunya pelan. “Sekarang, kamu makan dulu sana, tadi nenek membawakan semur daging kesukaanmu. Lumayan, untuk menambah tenaga,” tambah ibunya sedikit bercanda.
Lia tidak tertawa. Dia masih kesal sama Kak Ina yang telah merusak rencananya.
Habis makan siang, Lia membereskan kamar. Saat baru mau istirahat, ibunya menunjukkan seragam dan kaus kaki untuk dicuci. Tidak banyak, hanya dua pasang baju dan rok. Lalu, ibunya mengajaknya ke belakang, ke tempat cuci, untuk mengajarinya cara mencuci pakaian. Wajar, ini pengalaman pertama Lia mencuci. Selesai mencuci, ibunya juga mengajari cara menjemur.
Diam-diam Lia mengusap matanya. Dari rasa kesal, tiba-tiba ia jadi ingat ibu. Ternyata, selama ini pekerjaan ibu sangat banyak dan melelahkan.
Pukul setengah empat, Lia baru masuk kamar. Dia tidak tidur siang dan belum mengerjakan PR. Wah, dia harus menelepon Ayu karena dia batal ke rumahnya.
“Capek ya, sayang?” tanya ibunya pelan, lalu duduk di sebelah Lia.
Lia mengangguk. “Ternyata, pekerjaan ibu melelahkan ya, Bu. Lia menyesal selalu merepotkan ibu dan Kak Ina, tiap hari mesti membereskan kamar Lia.
Ibunya mengangguk lega, lalu mendekap kepala Lia ke dadanya.
“Lia mau minta maaf sama Ibu dan Kak Ina,” ucap Lia pelan sambil menyeka air matanya.
“Permintaan maaf di terima, sayang,” ibu memeluk Lia erat.
Tiba-tiba Kak Ina mucul. Senyumnya merekah. Lia hampir tersedak karena kaget.
“Lho, Kak Ina? Katanya ke Bandung?” tanya Lia bingung.
“Maafkan ibu ya, sayang. Kami sengaja mengatur semua ini. Ibu menyuruh Kak Ina ke rumah nenek, karena ibu ingin kamu mengerti betapa capeknya Ibu dan Kak Ina,” jelas ibunya.
Ugh… Lia ingin marah karena merasa dikerjai. Tapi, dia juga berpikir, kalau ibu kecapekan terus sakit, dia juga yang akan sedih. 
“Terima kasih ya, Bu!” Lia memeluk ibunya erat-erat, lalu memeluk Kak Ina. “Kak, maafin Lia, ya! Lia janji nggak akan bikin berantakan  kamar lagi, asal ibu tidak sakit dan Kak Ina tidak pergi lagi!” katanya. Kak Ina mengangguk terharu.
               


Yang Sering Terabaikan

Haloooo sobat blogger!! Kali ini gue mau ngebahas tentang sejarah patung-patung yang berdiri di sudut-sudut Ibukota.  Sekian lama tinggal di Jakarta, sayang banget kalo cuma mikirin macet, sampah, banjir dan sederet masalah lainnya. Coba deh luangkan waktu sedikit buat nengok ke kanan kiri  lihat sisi lain  Kota Jakarta, siapa tau bisa menambah kecintaan kita pada negeri sendiri. Gimana mau cinta tanah air kalo sejarah negeri sendiri aja gak tau. Ini baru di Jakarta loh yaa gimana kalo se-Indonesia? Duh!
Pasti kalian pernah mendengar kan Patung Tani, Patung Pancoran, Patung Pizza, Patung Arjuna Wijaya, dsb. Pernah gak sih tebersit di benak kalian pas ngelewatin tuh patung kenapa sih dinamain Patung Tani? Kenapa sih kok namanya patung Pancoran? Kok namanya patung Pizza? Miris banget kan kalo kita di tanya sama orang terus gak bisa jawab? Secara gitu yaaa bertahun-tahun tinggal di Jekardaah yang katanya ‘nakz gahol’ yang tiap malem minggunya keliling-keliling ngabisin bensin gak jelas yang nongkrong sama camp-campan ditanya arti patung doang gak bisa jawab? Gak malu tuh sama gaya? Oke gak usah panjang lebar langsung aja yaaa perhatikan penjelasan berikut :

1.     Patung  Jendral Sudirman

Patung Jenderal Sudirman adalah patung yang berada di kawasan Sudirman. Patung ini dibuat oleh Sunario,  seorang seniman sekaligus Dosen Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung. Patung tersebut dibuat demi mengenang jasa dan pengabdian Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar dalam masa perang merebut kemerdekaan Indonesia. 

2.     Patung Selamat Datang

Patung Selamat Datang atau sering juga disebut Tugu Selamat Datang. Patung ini dibuat untuk menyambut atlet dan tamu kehormatan Asian Games IV (Tahun 1962), dimana pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah. Patung ini merupakan hasil karya Edhi Sunarso dan dirancang oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Henk Ngantung. Patung ini dibuat dengan konsep sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan seakan melambaikan kedua tangannya. Berlokasi di Pusat Kota Jakarta yaitu di tengah Bundaran Hotel Indonesia. Patung sengaja dibuat menghadap kearah Utara, yang berarti penyambutan kepada semua orang termasuk peserta Asian Games IV yang datang dari arah utara, yaitu Kawasan Monumen Nasional (Monas). Lima formasi air mancur di sekeliing patung juga menandakan ideologi Negara kita, Pancasila.

3.     Patung Tani

Sebenarnya nama patung ini bukan Patung Tani, melainkan Patung Pahlawan. Pembuatan patung ini didasari ide dari Pak Karno yang baru pulang dari Moskow dan terkesan dengan patung-patung disana. Maka dibuatlah patung ini oleh seniman Rusia, Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer. Patung ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia dengan kapal laut. Patung ini dilambangkan dengan seorang laki-laki yang membawa senapan dan meminta restu kepada seorang wanita untuk maju ke medan perang. Patung ini dibuat untuk menghargai jasa para pejuang kemerdekaan Indonesia. Sering disebut patung Tani mungkin karena pake caping kali yaaa. Patung ini diresmikan tahun 1963 dengan tulisan “Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya adalah bangsa yang besar”.


4.     Patung Pancoran
Patung atau tugu ini dibuat pada akhir kepemimpinan Presiden Soekarno. Bisa dibilang bahwa Patung Dirgantara ini adalah peninggalan terakhir dari Soekarno, Berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso (1964-1965) Lokasinya dekat dengan Markas Besar Angkatan Udara di Selatannya dan Bandar Udara Domestik Halim Perdana Kusuma di Tenggaranya. Karena bertempat di kawasan Pancoran makanya patung ini sering dibilang patung Pancoran. Tangan Patung ini menunjuk ke arah Bandara Internasional Kemayoran  dan menyambut para pendatang yang baru saja mendarat. Patung ini bercerita tentang dunia penerbangan di Indonesia atau kedirgantaraan. Wujudnya yang gagah perkasa melambangkan semangat keberanian Bangsa Indonesia untuk menjelajahi angkasa luas. Kabarnya, Presiden Soekarno sampai menjual mobilnya demi membiayai pembuatan patung ini. Tapi, sampai akhir hayatnya ia belum sempat melihat patungnya ini berdiri tegak.

5.     Patung Pizza
Patung ini dibuat sebagai penghargaan kepada para pemuda pemudi Indonesia dalam keikutsertaannya membantu Pembangunan Indonesia. Hal tersebut dilambangkan dengan seorang pemuda yang gagah dan kuat sedang memegang perisai api yang tak pernah padam. Patung yang terletak di Bundaran Senayan ini digunakan sebagai titik temu perbatasan antara Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Patung ini juga punya julukan unik dari masyarakat yaitu “Pizza Man” karena bentuknya seperti pemuda yang sedang membawa loyang pizza. Awalnya patung ini direncakan diresmikan pada hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1971, tetapi karena belum selesai, maka diresmikan pada Maret 1972.

6.     Patung Arjuna Wijaya
Patung ini dibuat pada bulan Agustus 1987. Patung ini menggambarkan Arjuna dalam perang Baratayudha yang kereta perangnya dikemudikan oleh Batara Kresna. Delapan kuda yang menarik kereta menyimbolkan 8 ajaran hidup yang disukai oleh Presiden Soeharto, yaitu falsafah bahwa hidup harus mencontoh bumi, matahari, api, bintang, samudera, angin, hujan, dan bulan. Di bagian patung terdapat prasasti yang bertuliskan ‘Kuhantarkan kau melanjutkan perjuangan dengan pembangunan yang tidak mengenal akhir’. Pembuat patung ini adalah Nyoman Nuarta, serang seniman asal Bali yang juga membuat Garuda Wisnu Kencana. Proses pembuatan patung ini pernah mengalami keterbatasan dana, sehingga patung itu dibuat dari bahan poliester resin yang punya kelemahan mudah rapuh jika terkena sinar ultraviolet.

Sampai dengan tahun 2003, patung Arjuna Wijaya mengalami kerusakan, sehingga akhirnya patung ini direnovasi kembali dengan menelan biaya 4 miliar. Bahan material patung itu sendiri diganti dengan bahan tembaga. 

7.     Patung Diponegoro
Patung ini berada di dalam kawasan Monumen Nasional (Monas) yang diciptakan seorang pemahat kenamaan Italia yaitu Cobertaldo. Bentuknya dibuat seperti Pangeran Diponegoro sedang menunggangi kuda yang dibuat seakan-akan terbang. Patung ini dibuat untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan Belanda. 

8.     Patung Pembebasan Irian Barat

Patung ini berlokasi di Lapangan Banteng. Patung ini tampak berdiri tegak dengan kedua tangan melambangkan ekspresi kemerdekaan serta melambangkan putusnya rantai yang membelenggu kakinya. Patung ini dibuat untuk memperingati Pembebasan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda yang memakan banyak korban. Sayangnya, masih banyak masyakakat yang tidak tahu tentang keberadaan patung ini.  



Tuhkan sobat blogger.... ‘Tak kenal maka tak sayang’ bukan?